Kecerdasan emosi : citra diri
Salah satu hal yang patut kita
ketahui adalah bahwa kecerdasan emosi
merupakan gambaran citra diri seseorang. Tak jarang kita sendiri belum benar
memahami diri kita. Kita tak paham apa yang sebenarnya kita inginkan dalam
kehidupan. Kita belum mampu menegaskan konsep diri. kita terus mencari jati
diri, tatapi pencarian tak kunjung usai. Salah saru penyebab lemahnya penegasan
diri kita adalah karena kita terlalu sering mengikuti orang lain. Kita tak mau
mencoba mengambil resiko untuk menjadi diri kita sendiri.
Berikut ini beberapa cara
sederhan yang dapat kita lakukan untuk memperoleh citra diri yang positif.
·
Jangan mengecewakan diri dengan menjelek-jelekan
diri sendiri. Pujilah diri kita sendiri tanpa mengharapkan pujian dari orang
lain.
·
Lakukan setiap hari kegiatan yang membangun
semangat hidup kita
·
Tuliskan sebanyak mungkin pernyataan positif
tentang diri kita dan bacalah pernyataan itu secara teratur
·
Kelilingi didri kita dengan tokoh panutan yang
positif
·
Bacalah buku-buku pengembangan diri.
Kecerdasan Emosi Rasulullah Saw
“Maafkanlah
mereka, karena mereka belum mengetahuinya,” kata-kata itu menyentak jibril.
Kala itu, orang kafir Quraisy memperolok Rasulullah dan melemparkan kotoran
hewan ke arahnya. Jibril tak tahan melihat peristiwa itu. Dan ia menawarkan
kepada Rasulullah Saw supaya menghancurkan mereka. Namun, Rasulullah malah
memaafkan mereka dengan pertimbangan bahwa mereka belum mengerti apa
sesungguhnya Islam.
Sungguh
pribadi yang sangat menawan. Beliau selalu berwajah manis, tersenyum dan
pemaaf. Beliau tidak pernah menyimpan dendam, bahkan kepada musuhnya sekalipun.
Oleh sebab itu, tidak mengejutkan jika musuh luluh di hadapannya.
Anas Bin Malik menceritakan
dahsyatnya kecerdasan emosi Rasulullah Saw. Selama dua puluh tahun lamanya
menjadi pembantu Rasulullah, Anas Bin Malik belum pernah mendapatkan cacian dan
makian dari Baginda Nabi Muhammad Saw.
Benar-benar pengendalian emosi
yang tak tertandingi, Subhanallah
Tiga Komponen Kecerdasan Emosi
1. Penguasaan
diri
Kawan-kawan,
sudahkan kita mengetahui tingkat penguasaan diri sendiri? Jangan-jangan sampai
saat ini, kita tidak tahu caranya mengetahui tingkat penguasaan diri sendiri.
Mungkin sebagian kita mudah marah saat menemui masalah, tidak tahan menghadapi
berbagai macam cobaan kehidupan. Sehingga
terkadang kita ingin hidup tanpa ada masalah. Kenyataannya, bahwa kita
hidup, mau tidak mau harus berhadapan dengan masalah.
Disitulah letak penguasaan diri.
Tanpa adanya penguasaan diri yang baik, mustahil kita mampu menjalani hidup ini
dengan bahagia. Kebahagiaan sejalan dengan permasalahan dalam hidup. Semakin
banyaknya permasalahan yang kita hadapi, semakin dektalah jariak kita dengan
kebahagiaan.
Masalahnya adalah tidak semua
orang mampu menguasai diri mereka. Banyak yang melepaskan diri di bawah
pengendalian hawa nafsu. Hasilnya, diri kita tak pernah puas. Kita menganggap
bahwa kehidupan adalah gudang kenikmatan. Kita beranggapan bahwa dunia adalah
segala-galanya. Inilah yang menjadikan kita takut bertemu dengan permasalahan
hidup.
“Bukanlah orang yang kuat dan hebat dalam
beradu otot (berkelahi), melainkan orang yang kuat adalah mereka yang mampu
mengendalikan dirinya di saat marah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Ketekunan
Menjaga agar
emosi tetap pada kondisi prima memang tidaklah mudah. Dalam Al-Qur’an, Allah
memberikan kedukukan terpuji bagi orang-orang yang tekun.
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka
beristikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (lalu mengatakan),
‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih. Bergembiralah kamu
denan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah
pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat; di dalamnya kamu peroleh apa yang kamu impikan dan memperoleh pula apa
yang kamu pinta. Sebagai hidangan
(bagimu) dari Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat
[41]: 30-32).
Ketika kita
membiasakan diri menjalani kehidupan dengan karakter ketekunan, maka hambatan apa
pun terlihan mudah. Kita semakin merasakan keyakinan bahwa Allah Swt
senantiansa memberikan bantuan kepada hamba-Nya yang tekun. Ketekunan dapat
menstabilkan emosi kita. Emosi cenderung berada dalam titik keseimbangan. Dan
pada titik keseimbangan itulah potensi diri kita melejit.
3. Motivasi
Allah selalu
memotivasi hamba-Nya untuk memperbanyak amalan baik. Allah tak pernah pilih
kasih. Dia memberikan kesempatan kepada semua orang untuk menikmati surganya.
Namun, hanya mereka yang temotivasilah yang sanggup mencicipi kenikmaran surga.
Diri yang senantiasa termotivasi adalah diri yang memiliki kesadaaran akan
kecerdasan emosinya. Kesadaran untuk menggapai surganya Allah sangat
membutuhkan motivasi perbaiakn emosi. Dengan demikian, ia akan menjadi manusia
yang konsisten, dan tidak mudah menyerah.
CARA SALAT YANG
MELEJITKAN KECERDASAN EMOSI
Berikut ini
beberapa tata cara salat yang melejitkan kecerdasan emosi.
Kuatkan
Niat karena Allah
Angkatlah tangan
kita, ucapkan takbir sampai menggetarkan lubuk hati kita. Rasakan betapa
nikmatnya ucapan itu merasuki jiwa. Pertahankan niat salat kita hanya untuk
Allah semata.
Setiap kali
takbir, tanamkanlah kesadaran itu. Lama-lama alam bawah sadar kita segera
memproses sinyal kesadaran yang berasal dari hati yang terdalam itu.
Senantiasa
Mengingat Allah
Sebagian dari kita
sering melamun ketika salat. Pikiran kita melayang-layang. Ini menunjukan
rendahnya kecerdasan emosi diri kita. Oleh sebab itu, ingatlah Allah kapan dan
dimanapun termasuk ketika salat.
No comments:
Post a Comment