Saturday, June 14, 2014

Salat yang melejitkan kecerdasan emosi

Kecerdasan emosi : citra diri

          Salah satu hal yang patut kita ketahui adalah  bahwa kecerdasan emosi merupakan gambaran citra diri seseorang. Tak jarang kita sendiri belum benar memahami diri kita. Kita tak paham apa yang sebenarnya kita inginkan dalam kehidupan. Kita belum mampu menegaskan konsep diri. kita terus mencari jati diri, tatapi pencarian tak kunjung usai. Salah saru penyebab lemahnya penegasan diri kita adalah karena kita terlalu sering mengikuti orang lain. Kita tak mau mencoba mengambil resiko untuk menjadi diri kita sendiri.

Berikut ini beberapa cara sederhan yang dapat kita lakukan untuk memperoleh citra diri yang positif.

·         Jangan mengecewakan diri dengan menjelek-jelekan diri sendiri. Pujilah diri kita sendiri tanpa mengharapkan pujian dari orang lain.

·         Lakukan setiap hari kegiatan yang membangun semangat hidup kita

·         Tuliskan sebanyak mungkin pernyataan positif tentang diri kita dan bacalah pernyataan itu secara teratur

·         Kelilingi didri kita dengan tokoh panutan yang positif

·         Bacalah buku-buku pengembangan diri.

Kecerdasan Emosi Rasulullah Saw

                “Maafkanlah mereka, karena mereka belum mengetahuinya,” kata-kata itu menyentak jibril. Kala itu, orang kafir Quraisy memperolok Rasulullah dan melemparkan kotoran hewan ke arahnya. Jibril tak tahan melihat peristiwa itu. Dan ia menawarkan kepada Rasulullah Saw supaya menghancurkan mereka. Namun, Rasulullah malah memaafkan mereka dengan pertimbangan bahwa mereka belum mengerti apa sesungguhnya Islam.

                Sungguh pribadi yang sangat menawan. Beliau selalu berwajah manis, tersenyum dan pemaaf. Beliau tidak pernah menyimpan dendam, bahkan kepada musuhnya sekalipun. Oleh sebab itu, tidak mengejutkan jika musuh luluh di hadapannya.

Anas Bin Malik menceritakan dahsyatnya kecerdasan emosi Rasulullah Saw. Selama dua puluh tahun lamanya menjadi pembantu Rasulullah, Anas Bin Malik belum pernah mendapatkan cacian dan makian dari Baginda Nabi Muhammad Saw.

Benar-benar pengendalian emosi yang tak tertandingi, Subhanallah

Tiga Komponen Kecerdasan Emosi


1.       Penguasaan diri

Kawan-kawan, sudahkan kita mengetahui tingkat penguasaan diri sendiri? Jangan-jangan sampai saat ini, kita tidak tahu caranya mengetahui tingkat penguasaan diri sendiri. Mungkin sebagian kita mudah marah saat menemui masalah, tidak tahan menghadapi berbagai macam cobaan kehidupan. Sehingga  terkadang kita ingin hidup tanpa ada masalah. Kenyataannya, bahwa kita hidup, mau tidak mau harus berhadapan dengan masalah.

                Disitulah letak penguasaan diri. Tanpa adanya penguasaan diri yang baik, mustahil kita mampu menjalani hidup ini dengan bahagia. Kebahagiaan sejalan dengan permasalahan dalam hidup. Semakin banyaknya permasalahan yang kita hadapi, semakin dektalah jariak kita dengan kebahagiaan.

                Masalahnya adalah tidak semua orang mampu menguasai diri mereka. Banyak yang melepaskan diri di bawah pengendalian hawa nafsu. Hasilnya, diri kita tak pernah puas. Kita menganggap bahwa kehidupan adalah gudang kenikmatan. Kita beranggapan bahwa dunia adalah segala-galanya. Inilah yang menjadikan kita takut bertemu dengan permasalahan hidup.

                “Bukanlah orang yang kuat dan hebat dalam beradu otot (berkelahi), melainkan orang yang kuat adalah mereka yang mampu mengendalikan dirinya di saat marah”. (HR. Bukhari dan Muslim).


2.       Ketekunan

Menjaga agar emosi tetap pada kondisi prima memang tidaklah mudah. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan kedukukan terpuji bagi orang-orang yang tekun.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka beristikamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (lalu mengatakan), ‘janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih. Bergembiralah kamu denan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat; di dalamnya kamu peroleh  apa yang kamu impikan dan memperoleh pula apa yang kamu pinta.  Sebagai hidangan (bagimu) dari Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat [41]: 30-32).


Ketika kita membiasakan diri menjalani kehidupan dengan karakter ketekunan, maka hambatan apa pun terlihan mudah. Kita semakin merasakan keyakinan bahwa Allah Swt senantiansa memberikan bantuan kepada hamba-Nya yang tekun. Ketekunan dapat menstabilkan emosi kita. Emosi cenderung berada dalam titik keseimbangan. Dan pada titik keseimbangan itulah potensi diri kita melejit.


3.       Motivasi

Allah selalu memotivasi hamba-Nya untuk memperbanyak amalan baik. Allah tak pernah pilih kasih. Dia memberikan kesempatan kepada semua orang untuk menikmati surganya. Namun, hanya mereka yang temotivasilah yang sanggup mencicipi kenikmaran surga. Diri yang senantiasa termotivasi adalah diri yang memiliki kesadaaran akan kecerdasan emosinya. Kesadaran untuk menggapai surganya Allah sangat membutuhkan motivasi perbaiakn emosi. Dengan demikian, ia akan menjadi manusia yang konsisten, dan tidak mudah menyerah. 

CARA SALAT YANG MELEJITKAN KECERDASAN EMOSI


Berikut ini beberapa tata cara salat yang melejitkan kecerdasan emosi.

Kuatkan Niat karena Allah

Angkatlah tangan kita, ucapkan takbir sampai menggetarkan lubuk hati kita. Rasakan betapa nikmatnya ucapan itu merasuki jiwa. Pertahankan niat salat kita hanya untuk Allah semata.

Setiap kali takbir, tanamkanlah kesadaran itu. Lama-lama alam bawah sadar kita segera memproses sinyal kesadaran yang berasal dari hati yang terdalam itu.

Senantiasa Mengingat Allah

Sebagian dari kita sering melamun ketika salat. Pikiran kita melayang-layang. Ini menunjukan rendahnya kecerdasan emosi diri kita. Oleh sebab itu, ingatlah Allah kapan dan dimanapun termasuk ketika salat.

No comments:

Post a Comment